
REFLEKSI KEHIDUPAN BERDASARKAN KITAB LAO TZU (TAO TE CHING) BAB 5 DAN BAB 6
(Kitab Suci Utama agama Tau)
Reflsi ini ditulis dengan melihat pada Kitab Suci Lao Tzu bab 5 dan 6. Di bawah ini disajikan isi dari dua bab tesebut yang membantu saya untuk merefleksikan tentang hidup ini.[1]
Langit dan Bumi tidak manusiawi . Mahluknya diperlakukan seperti boneka anjing jerami . Sheng Ren juga tidak manusiawi. Rakyatnya juga diperlakukan seperti boneka anjing jerami.
Ruangan di antara bumi dan langit ibarat sebuah kantong penghembus angin. Tak mingkin Dia bisa ditaklukan meskipun dalamnya kosong. Bila digerakan, anginya makin menghembus keluar. Banyak bicara banyak salah. Lebih baik berdiam saja, tidak bicara.( Tao Te Ching Bab 5)
Semangat lembah tidak pernah mati. Dai dijuliki sebagai feminin yang misterius. Pintu gerbang feminin itu adalah akar sumbernya [Tian Di]. Semua ciptaan-Nya diberi kehidupan tanpa henti. Diberi segala kenikmatan tiada habisnya.(Tao Te Ching Bab 6)
Kitab Tao Te Ching, hendak menghantar kita pada pemaknaan atas hidup. Hidup ini perlu untuk dihidupi. Untuk menghidupinya kita harus berada pada Toa atau jalan alami. Tao menghendaki kita untuk tidak berusaha memberikan bayak tafsiran pada realitas kehidupan yang kita alami, namun kita harus berusaha untuk menghidupi hidup kita dengan menggunakan jalan alami. Kita tibak boleh berambisi untuk merubah dunia, malainkan kita harus berusaha untuk menghormatinya.
Tao Te Ching lebih mengutamakan keselarasan kosmik, menghadapi gejolak-gejolak sosial dan politik, Taoisme tampil dengan ajaran yang mengunakan kemuliaan hidup yang alami, sederhana, spontan, lemah-lembut dan tulus. Inilah yang sudah diungkapan dalam bab 5 Tao Te Ching. Kebebasan telah diberikan kepada manusia, seperti yang diumpamakan oleh Lao Tzo sebagai ajing jerami yang berserakan. Suatu realitas dimana kebebasan itu menjadi pengangan hidup dari setiap individu. Nah ketika kebebasan itu disalah gunakan maka kita akan menciptakan malapetakan dan penderitaan atas diri kita sendiri. Dari segi moral, kerandahan hati dan tidak ingat diri sendiri merupakan watak yang utama. atas cara itu Taoisme menyidir manusia yang bergumul dengan problem yang dibuatnya sendiri. Masyarakat didera konflik dan pertikaian, karena keserakahan merusak alam dengan tindakan-tindakan artifisial dan sarat rekayasa demi pemenuhan-pemenuhan egoistis. Karena itu manusia diajurkan untuk kembali kepada alam dan belajar menghidupi jalan alami atau Tao.
Harmoni alam mengandaikan kemajemukan. Realitas kehidupan manusia selalu deperhadapkan pada suasana kemajemukan. Kemajemukan ini bisa diatasi, dengan baik jika kita tidak terlalu banyak menutut dari orang lain. Apa yang kita alami adalah apa yang ada sekarang, bukan berusaha untuk membentuk hal-hal baru yang akhirnya membawah lagi konflik baru dalam kehidupan bersama. Nah dalam kehidupan cina, kepuasan batin dapat terlihat jelas melaui tiga cara, simpati, hemat dan kerendahan hati. Walaupun rumah seseorang penuh dengan emas dan batu giok dan penuh kemewahan belum tentu membawah kepuasan batin dan menumbukan perasaan bahagia. Seseorang yang memiliki keinginan yang berlebihan untuk menumpuk kekayaan memiliki kepuasan batin jauh di bawah mereka yang cukup puas dengan apa yang mereka miliki. Hanya seseorang yang memiliki kepuasan batin yang mampu memiliki ketenangan pikiran dan hanya orang yang mengetahui batansannya yang akan menghindar dari sesuatu yang bersifat melewati batas.
Ketika manusia diajari apa yang boleh dan tak boleh, maka nafsu mereka akan bergejolak. Kaki dan tangan mereka bergegas untuk mengerjakan apa yang tidak boleh. Lebih baik ajari mereka dengan contoh hidup dalam kesewajaran. Karena itu sesuatu yang wajar, perlukah kita menuntut pahala dari kebajikan yang kita perbuat? Apakah pahala yang patut kita tuntut dari membalas budi orang tua, mencintai istri atau suami kita, mengurus anak dan cucu, menghormati orang lain, dan bersikap baik pada diri sendiri? Tidak ada, bukan? Karena hal itu memang sudah sewajarnya ada dalam diri orang yang dewasa. Sebagai manusia rentetan pertanyaan itu kiranya sudah ada dalam diri seorang manusia dewasa yang tau mana yang baik dan mana yang jahat sehinga apa yang dilakukan sesuai dengan Tao.
[1] Kontesk dan penjlasan teks dapat dibaca pada buku: Lao Tzo. Tao Te Ching 81 Filsafat Hidup. (Yogyakarta: New Diglossia: 2010)
2 komentar
kmarluga, Tuesday, 16 Jul 2019
Mantap … lanjutkan
Yohanis Elsoin, Wednesday, 17 Jul 2019
Thanks